deretan nama itu
satu per satu hilang
bersama sajak-sajak lalu.
diculik oleh waktu
dibawa berlari menuju lorong-lorong hitam dan sunyi
kaki mungilku berlari mengejar
tapi tidak ku dapati
hingga semua : menjelma sepi
kosong
entah mati atau dibungkam lali
aku berdiri di tengah gelap
kakiku kaku, tanganku membiru
tak lagi mampu berlari
merangkak serasa lumpuh
mendekati cercah sinar
yang semakin lama semakin mendekat
seperti takdir kematian
remang-remang ku kenali empu sinar itu
sampai ku tahu : hanya dia yang tersisa di ingatanku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar